Hantu Genit Salah Jatuh Cinta
Oleh: Diani Ramadhaniesta
Jukati
dan Juminten duduk di tepi kolam tepatnya di taman Victoria Park, Hongkong.
Memandangi seorang laki-laki yang keasyikan bermain kapal mainannya. Jukati dan
Juminten membicarakan laki-laki yang lagi keasyikan memencet-mencet remot
kontrolnya. Tapi sayangnya laki-laki itu tidak mendengar bahkan tidak melihat
ada Jukati dan Juminten, Si Hantu genit.
“Jum, kamu tahu tidak laki-laki
itu dulu ada bekas majikan saya. Gara-gara dia aku mati konyol dan gentayangan
sampai sekarang,” Jukati membuka pembicaraan.
“Haaa…..masak Juk? Kok kamu gak pernah cerita sama aku sih, say,”
Juminten berdiri dari duduknya dan matanya yang hitam pekat itu membelalak jadi
sangat mengerikan.
“ Yah, gara-gara dia aku terjun
dari jendela dan mati konyol. Dia menggodaku terus. Aku pikir lebih baik aku
mati saja, daripada keperawananku raib, Jum.”
“Oh, begitu rupannya. Dasar
laki-laki hidung belalang. Biar aku bikin dia lari tunggang langgang. Sudah
hampir malam masih keluyuran main kapal-kapalan,” Juminten memasang aksinya untuk
terbang ke arah laki-laki Cina itu.
“ Jum, bukan hidung belalang,
tapi hidung belang,” Jukati mengingatkan temannya dan mereka tebang bersama ke
arah sasarannya.
“Mengapa tiba-tiba bulu tengkukku
berdiri semua?” laki-laki itu sembari memegangi tengkuknya. Menoleh
kesana-kemari. Kesegala arah diatas pohon-pohon rimbun. Ketika di akan menoleh
ke depan lagi dan mematikan remot kontrolnya, dia sangat terkejut dengan dua
sosok wanita berbaju putih dan tertawa memamerkan gigi hitamnya
“HUUUAAA…HA..HA…HANTUUUUUU….,” Laki-laki Cina
itu lari tunggng-langgang dan tiba-tiba dia merasakan celananya hangat dan
berbau aneh. Rupanya dia kencing dalam celana.
“HIHIHIHIHIHIHIH…,” Jukati dan Juminten tertawa terbahak-bahak dan
tawanya menggema kesegala penjuru taman Victoria Park.
***
Juminten sibuk dengan cerminnya.
Dari tadi Jukati hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sahabat baiknya
berdandan dengan menggunakan make-up merk “SK-II”. Jukati ingat betul kemarin
Juminten mencurinya dari tas seorang wanita yang sedang antri di toilet.
Padahal Jukati sudah mengingatkan, bahwa sebagai seorang hantu juga tidak boleh
mencuri. Tapi Juminten tidak mau mendengar
nasehat Jukati.
“ Juk, kamu harus tahu ya, aku ini
lagi ada gebetan baru. Aku sedang
mengejar cowok Indonesia yang kemarin malam aku lihat dia masih di pojok
bawah jembatan menanti seorang temannya. Saat itu ‘kan wajahku masih gak
karuan. Kalau aku paksa dekati dia, pasti dia malah lari tunggang langgang.
Makannya tadi pagi aku menemui Ki Anom dan beliau memberiku sebotol cairan
untuk masker,” cerita Juminten.
“Ooooo….,” Jukati memandang
Juminten lebih teliti. “ Jum, kok kamu kayak Agnes Monikem, Jum?” lanjutnya.
“Agnes Monika, Juk. Masak sih Juk? Malah tadi kata orang mukaku mirip
Julia Nyeprez lho, Juk,”
“Perez, perez, Jum. Julia Perez,”
Jukati mengingatkan.
“Oh, iya. Juk, Juk, itu gebetan
aku Juk, liat. Namanya, Joe. Keren kan?”
“HAA…kok kayak makhluk jadi-jadian
sih, Jum.”
“Maksudnya?” Juminten
mengernyitkan dahinya.
“Kayaknya dia itu anak perempuan
tapi dandan laki-laki. Anak tomboy itu Jum. Lah liat aja dia masuk ke toilet
perempuan. Ayo, selidiki mengapa dia ke toilet perempuan.
“ Juk, Juk. Dia perempuan. Perempuan tulen
Juk. Percuma aku minta cairan ke Ki Anom ini,” dibuangnya cermin dan mengenai
kepala si Joe.
“Waduh! Kurang ajar Dedemit
sialaaaann!” Joe berteriak dan suaranya membuat Jukati dan Juminten seketika
terhempas dari pinggir jendela.